11 February 2007

Sebongkah Hati untuk Pemerintah

Beberapa waktu yang lalu saya menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halaman, sebab sejak beberapa hari sebelumnya ibu menyuruh saya untuk segera pulang. Memang sudah hampir 5 bulan saya tidak ke kampung halaman. Maklum, tangerang – bandung bukanlah jarak yang terlalu jauh, selain itu aktivitas saya sebagai mahasiswa, pengurus senat mahasiswa sekaligus pekerja paruh waktu telah menyita waktu saya untuk sekadar pulang kampung. Tapi, bahasan kali ini bukanlah tentang pulang kampung alias mudik, walaupun masih ada kaitannya sedikit.

Setelah hampir 5 bulan tidak melihat kota Tangerang, saya cukup terpesona melihat perubahan di kota Tangerang. Perbaikan fasilitas umum, renovasi bangunan sekolah, bahkan jalanan setapak di sekitar lingkungan tempat ibu saya tinggal mengalami perbaikan. Setelah saya tanya ke ibu saya yang merupakan seorang PNS, beliau menyatakan bahwa itu adalah kebijakan pemerintah daerah. selain perbaikan jalan, pemda pun memberikan secara gratis kompor gas sekaligus tabung gas kepada keluarga yang berpenghasilan 1 juta ke bawah. Hal ini semakin meyakinkan saya bahwa pemerintah memang masih memiliki kepedulian terhadap rakyatnya.

Beberapa hari sebelum pelaksanaan Ujian Asik Sekali (plesetan saya dan beberapa teman saya tentang kepanjangan UAS (Ujian Akhir Semester)) dosen mata kuliah pembangunan desa dan perkotaan memberikan tugas untuk meneliti kebijakan pemerintah di desa dalam hal pembangunan. Saat itu saya dan kelompok yang terbentuk mendapatkan tema tentang pendidikan. Hasil penelitian itu adalah pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar satu milyar per desa untuk pembangunan desa, salah satu bentuk pemanfaatan dana tersebut adalah adanya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sasaran utama program ini adalah anak-anak usia 0 – 5 tahun dari keluarga kurang mampu. Namun, pendidikan kepada orang tua pun tetap mendapat perhatian dari program ini. Hal ini bertujuan agar orang tua dapat mengetahui kebutuhan ideal dari sang anak sekaligus memotivasi anaknya yang masih balita untuk mengembangkan diri. Untuk lebih jelas tentang PAUD mungkin anda bisa mencari sendiri.

Begitu banyak program-program pemerintah yang menunjukkan masih adanya kepedulian pemerintah terhadap pencapaian tujuan negara. Sayangnya, program-program itu hanya diketahui sedikit orang karena kurang diekspose. Mungkin hal inilah yang menyebabkan banyaknya orang-orang yang tidak percaya kepada kepedulian pemerintah.

Saya sering mendengar atau membaca keinginan untuk mengganti sistem pemerintahan dengan sistem kekhilafahan. Bukannya saya tidak setuju, namun satu hal yang masih mengganjal dalam pikiran saya, sudah sedalam apa para promotor kekhilafahan memahami teknis pelaksanaan sistem khilafah? Saya sempat membaca sebuah poster yang isinya “dengan sistem khilafah permasalahan iran dan lapindo akan selesai”, karena penasaran saya pun bertanya ke orang yang terlibat dalam pembuatan poster itu, mengenai cara pemecahan permasalahan dengan sistem khilafah. Sayangnya jawaban orang tersebut adalah “perlu kajian untuk membahas hal itu”. Saya sungguh kecewa dengan sikap seperti itu. Sudah dua pertanyaan saya yang bertujuan untuk melihat sudah sesiap apa promotor sistem khilafah yang belum mendapat jawaban. Seandainya saja yang bertanya adalah orang yang anti pati terhadap sistem khilafah, kemungkinan respon yang didapat adalah penjelekkan para promotor kekhilafahan. Memang saya tidak bisa menilai kesiapan para promotor hanya dari sebagian kecil promotor yang ada disekitar saya, karena kita tidak bisa menggeneralisasikan sesuatu hanya dari sampel yang sangat kecil dan tidak representatif. Namun, setidaknya kejadian di atas bisa menjadi image buruk bagi promotor secara umum. Seandainya anda adalah salah seorang yang sering mempromosikan sistem khilafah untuk mengganti sistem pemerintahan yang sudah ada, cobalah anda berkunjung ke sini. Cobalah pecahkan masalah yang diajukan.

Tulisan ini hanya ingin menunjukkan bahwa, pemerintah masih punya kepedulian terhadap rakyatnya. Mengurus sebuah negara merupakan hal yang sangat sulit dan rumit. Begitu banyak masalah yang harus dipecahkan, begitu banyak masalah yang muncul kepermukaan. Bahkan bagi Indonesia intervensi asing masih menjadi kendala bagi pemerintah untuk bisa menjaga kestabilan dan kemandirian pemerintahan.

Imam Hasanal-Banna pernah mengatakan “Kewajiban yang ada lebih banyak daripada waktu yang tersedia”. Hal itu pula yang dialami pemerintah saat ini. Maka sebagai penduduk yang baik, sudah selayaknyalah kita membantu pemerintah dengan tidak menimbulkan masalah dan memberikan dukungan kepada pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Tentu nya hal itu tetap diringi dengan kewaspadaan kita terhadap penyimpangan oknum-oknum pemerintah yang dapat memperburuk image pemerintah dan merugikan kita dan orang lain.

0 comments:

Post a Comment