26 November 2006

kejujuran, hanya untuk direnungkan

saat ini sungguh langka orang yang jujur. betapa saat ini manusia telah dikondisikan untuk menjadi orang yang tidak jujur. tidak percaya? silakan saja, toh, bukan kita yang menentukan kenyataan, tetapi kenyataan yang telah menentukan kita.

kita pasti sudah mengenal korupsi dan koruptor, pencuri dengan kemalingan, atau pun budaya menyontek. semua merupakan bentuk ketidakjujuran. kita sungguh benci dengan orang-orang yang korupsi, namun, bencikah kita kepada diri sendiri ketika tidak menepati waktu? bencikah kita kepada diri sendiri ketika hanya menaati peraturan ketika ada penegak hukum? atau bencikah anda yang bertugas sebagai penegak hukum ketika anda justru memanfaatkan tanggung jawab anda demi keuntungan pribadi?

sering kita melihat ada pelaku kejahatan yang berdamai dengan polisi (melanggar peraturan lalu lintas merupakan bentuk kejahatan). bentuk perdamaiannya adalah dengan memberikan beberapa rupiah kepada sang polisi. sering pula kita melihat atau bahkan merasakan "menembak" SIM. mengapa itu masih terjadi? mungkin karena hal itu memang telah dikondisikan atau bahkan terkondisikan. tapi, yang pasti itu karena ketidakjujuran yang dilestarikan.

banyak orang yang melakukan tindakan main hakim sendiri ketika menangkap pencuri, namun bersediakah masyarakat menghakimi orang yang mencuri hati mereka lalu membahagiakan mereka? tidak masalah jika kebahagiaan itu merupakan kebahagiaan sebenarnya, tapi bagaimana jika itu hanya kebahagiaan semu. bukankah itu merupakan bentuk pencurian juga? sungguh banyak jenis pencuria yang tidak disadari atau bahkan ditutupi. dan penutupan itu pun sebenarnya merupakan sebuah pencurian lainnya. curi start kampanye juga tampaknya sudah menjadi sesuatu yang dibenarkan oleh beberapa tokoh. tampaknya memang saat ini kita telah dikondisikan atau terkondisikan untuk tidak berbuat jujur.

pengondisian untuk menyontek pun merupakan indikasi bahwa ketidakjujuran sudah dikondisikan atau terkondisikan. betapa banyak para pelajar yang bangga dengan pencarian nilai. dampaknya segala cara dilegalkan untuk mendapatkan nilai yang memuaskan, salahsatunya adalah menyontek. mengadaptasi film-film asing pun menjadi salah satu budaya para tokoh perfilman di tengah kekurangkreativitasan yang melanda.

semoga tulisan ini menjadi bahan renungan bersama, terutama bagi saya karena saya sendiri telah tidak jujur kepada semuanya, terutama kepada diri saya sendiri. buktinya blog ini sengaja dikondisikan untuk terlihat diupdate berkala secara konstan.

0 comments:

Post a Comment